Home > Kesehatan Lingkungan > GLOBALISASI DAN KESEHATAN

GLOBALISASI DAN KESEHATAN

Dampak globalisasi terhadap kesehatan terbukti jelas dalam masalah penyakit menular. Sekarang bibit penyakit bisa menyebar ke berbagai wilayah di dunia dalam waktu kurang dari 24 jam. Wabah SARS tahun 2003 menyebar dengan cepat dari Cina ke negara‐negara tetangga hingga ke Kanada. Virus tidak hanya menyebabkan sakit dan kematian tapi juga diperkirakan merugikan ekonomi Asia sebesar US$ 30 miliar dan ekonomi Toronto US$ 30 juta per hari pada saat puncak kejadian. Di tahun 1990, sebuah kapal yang membuang isi lambung di pelabuhan Peruvia menyebarkan kolera di seluruh wilayah Amerika Latin mengakibatkan kematian sebanyak 4.000 orang dan menginfeksi 400.000 orang ditahun pertama serta menimbulkan kerugian besar dalam bidang perdagangan dan pariwisata. Ini merupakan wabah kolera ketujuh yang menyebar jauh lebih cepat dari wabah‐wabah sebelumnya. Di tahun 2003 dan 2004, polio menyebar dari Nigeria ke 12 negara bebas Polio di wilayah Afrika Tengah, Afrika Barat dan Selatan. Wabah ini menunjukkan bahwa jika epidemi tidak terdeteksi atau ditanggulangi oleh sistem kesehatan nasional, penyakit tersebut akan dapat dengan cepat menjadi ancaman kesehatan di belahan dunia yang lain akibat globalisasi.
Tidak hanya penyakit menular yang terkena imbas globalisasi. Produksi, distribusi dan pemasaran makanan secara global, misalnya, membawa resiko kesehatan terkait dengan makanan yang kurang sehat. Perilaku bisa pula terpengaruh oleh globalisasi dalam kaitannya dengan kecelakaan lalu lintas, sedentarisme, merokok, alkohol, perdagangan seks, dll. Globalisasi dapat pula mempengaruhi kemampuan sistem pelayanan kesehatan dalam menghadapi ancaman kesehatan.
Salah satu contoh penting adalah masalah tenaga kesehatan. Negara berpenghasilan tinggi yang tidak dapat memenuhi kebutuhan domestik cenderung merekrut tenaga kesehatan dari negara miskin. Filipina dan India telah menanggapi kebutuhan global ini dengan cara melatih tenaga kesehatannya untuk dikirim ke luar negeri. Negara lain seperti Afrika Selatan dan Nigeria, karena kelalaiannya telah kehilangan banyak tenaga kesehatan sebab mereka tidak mampu menahan staf kesehatan yang dimilikinya akibat kondisi tempat bekerja yang kurang layak. Sebagai dampak arus perpindahan tenaga kesehatan global, lebih dari 50 negara mengalami kekurangan tenaga kesehatan yang berakibat layanan kesehatan penting, misalnya emergency obstetric, tidak tersedia.
Ambil contoh, misalnya, terjadinya infeksi penyakit menular seksual (IMS) /sexually transmitted infections (STIs) di Bangladesh. Kemungkinan, faktor penentu paling penting adalah posisi wanita, akses terhadap perawatan bagi pasien terinfeksi, dan mobilitas manusia. Globalisasi sangat mungkin berdampak pada setiap faktor itu dengan berbagai cara. Misalnya, liberalisasi perdagangan dan faktor lain telah mengakibatkan terjadinya pergerakan pekerja dalam jumlah besar ke dan dari negara Teluk maupun munculnya rute distribusi darat dengan truk yang melewati India, Bangladesh, Nepal dan Birma. Ini menimbulkan terjadinya ledakan industri seks dengan konsekuensi tingginya tingkat IMS. Liberalisasi perdagangan dan peningkatan investasi asing menyebabkan perkembangan industri pakaian jadi di wilayah perkotaan yang sebagian besar mempekerjakan wanita. Hal ini telah meningkatkan posisi tawar wanita secara umum dan mungkin berkaitan dengan hubungan seksual yang dapat memperlambat penyebaran IMS.
Penting untuk dipertimbangkan bahwa negara, manusia dan masalah terintegrasi secara berbeda. Beberapa negara di wilayah Sub Sahara Afrika tidak terlalu terintegrasi dengan ekonomi global, misalnya, seperti India dan Cina. Namun demikian, sebagai hasil dari globalisasi, sebagian besar negara tidak akan mampu mengontrol secara langsung semua faktor penentu terjadinya gangguan kesehatan dan oleh karenanya harus bekerja sama dengan pelaku lain di luar wilayah mereka untuk melindungi rakyatnya.
Terima Kasih
Categories: Kesehatan Lingkungan
  1. No comments yet.
  1. No trackbacks yet.

Leave a comment